1 Maret 2014

Sejarah Berlabuh Di Al Azhaar

Setiap orang punya cerita, pengalaman, dan kisah tersendiri yang selalu jadi memori dalam pikiran entah itu diingat atau tidak sampai semua jadi kenangan di masa mendatang. Begitupun dengan seorang pemuda asal kota Jepara ini, jauh dari propinsi Jawa Tengah mengukir kisah hidupnya di Jawa Timur yakni kota Tulungagung.

Tim Investigasi berhasil meminta keterangan langsung tentang perjalanan hidupnya di kota penghasil marmer ini. Berikut hasil investigasi dari sosok yang lebih kenal didunia maya dengan sebutan Jendral Capung . . . . . .

 
"Trimakasih sebelumnya gue ucapkan kepada Tim Investigasi yang berani bayar mahal hanya untuk menulusuri kisah perjalanan gue di Tulungagung.

Sebenernya gue udah pernah tinggal hampir satu tahun di Jatim yakni di kota kecil Pare dimana waktu itu gue masih belajar bahasa Inggris dan ternyata ujian praktik gue bertempat di sebuah lembaga pendidikan islam yang ada di T.A. (Tulungagung, Red) selama 25 hari, dari tanggal 1 sampai 25 Februari 2011.

Beberapa hari kemudian gue pulang kampung setelah dinyatakan lulus dari Pare. Gue pun di rumah dan hanya menghabiskan waktu di rumah sambil tukar pengalaman di sebuah Madrasah Aliyah swasta deket rumah.

Waktu itu juga gue mulai bingung mau jadi kuliah dimana, namun gue udah berminat dan pengen kuliah di Jogja. Gue kesana cari2 info, survei 4 hari disana, gimana kehidupan disana, gimana pergaulan disana. Gue pun yakin tuk masuk UIN Suka bulan depan (Mei 2011, red). Gue pulang setelah cukup puas dengan hasil survei gue.

Gue pun lanjut aktifitas gue di seperti biasa. Mulai pertengahan Maret yang waktu itu usia gue baru 19 tahun sampe awal Mei gue habiskan waktu gue hanya dirumah.

Namun, suasana seperti itu gak berlangsung lama setelah gue dapet sms dari seorang guru Al Azhaar yang intinya gue dapet tawaran tuk ngajar disana.

Ternyata gak mudah memilih sesuatu dengan bijak apalagi kalo udah menyangkut masa depan.

Tawaran itu sungguh menjanjikan, dimana gue udah betah tinggal disana 2 bulan lalu, belum lagi makan dan tempat tinggal udah ditanggung lembaga, dan waktu itu salarynya 300 ribu, entah itu "hanya" ato "sudah" kata yang tepat sebelum angka itu.

Gue bingung, gue mau aja nerima tawaran itu tapi Jogja masih terus dalam pikiran gue. Apalagi Pendaftaran segera dibuka bulan itu juga.

Entah alasan apa yang buat gue ngambil keputusan tuk milih T.A. daripada Jogja. Memang gue sempat minta pendapat ke ortu, beliau oke2 aja gue di T.A., dengan segala resiko gue jadi ke T.A.

Survei 4 hari gak cukup buat jadi alasan kokoh tuk milih kota impian gue sejak SMA. Selamat tinggal Jogja. Selamat tinggal UIN. Maafkan gue gak jadi melamarmu.

2 bulan dirumah membuat rekor sejarah baru di hidup gue, masa yang cukup lama bisa bernafas di kampung halaman semenjak resmi jadi alumni SD. Ya,... Gue udah dilepas ortu sejak usia 12an. Dan rekor itupun kandas di awal Mei.

Gue juga udah bermapitan dengan manajemen sekolah (MA Al Kahfi, red) deket rumah gue dalam kurung tetangga desa, Sabtu itupun jadi hari Sabtu gue bagi pengalaman disana. Terimakasih Al Kahfi.

Minggu, 8 Mei 2011 jam enam pagi Gue resmi meninggalkan Bumi Katini dan menuju kota penghasil marmer dan Bus jadi pilihan utama transport ke T.A. Have a nice trip.

Hari yang indah buat gue tuk kembali bawa koper yang dulu pernah gue bawa dari Pare, dan menjadi perjalanan penuh makna tuk jadi jiwa mandiri.

Derasnya hujan gak jadi alasan buat gue nyerah dijalan sampai gue injakkan kaki di tempat tujuan akhir. Ya,.. Gue sampe di T.A. tepat pukul enam maghrib waktu setempat.

Beberapa menit kemudian seorang guru Al Azhaar (Mom Tuti, red) datang menjemput. Gue pun tancap gas pake becak roda tiga ala T.A. dengan cuaca gerimis.

Tempat berlabuh pertama gue di rumah Mom Endang yang juga sebage guru sebelum akhirnya pindah ke tempat dimana gue pernah tinggal dua bulan lalu.

Sambutan hangat diberikan oleh tuan rumah dan sedikit berbincang2, gue habiskan malam pertama disitu juga.

Esok harinya, gue mengorientasikan diri sebagai guru baru di Al Azhaar, dan untuk sementara ditugaskan di AEC.

Mungkin itu aja yang bisa gue ceritakan, kayaknya gak hanya "Kenapa Tulungagung?" yang jadi judul cerita ini, "Kenapa Al Azhaar?" juga pas gue taruh di atas sendiri sbagai judul."

Itulah sebuah cerita yang berhasil kami dapat langsung dari beliau, semoga bisa jadi xxxxx buat kita.

Terimakasih
Tim Investigasi

0 komentar: